Halaman

Senin, 03 Desember 2012

Kenanganku ...



Kenanganku …
Brukkk! Aku melemparkan tubuhku ke kasur yang ada di kamarku. Huh, rasanya hari ini capek sekali. Aku langsung ganti baju, mandi dan shalat, karena sekarang sudah jam 15.30. Setelah mandi dan shalat, aku langsung membuka buku pelajaran bahasa Indonesia di tas-ku.
            “Hmm … ada pr lagi!” gumamku. Rasanya malas sekali…. Dengan berat, aku mengerjakan soal bahasa Indonesia yang di beri Bu Mifthy tadi siang. Kriiing … Kriiiing …. Handphone-ku berdering. Ada telepon dari siapa ya? Aku segera melihatnya.
            “Hmm … dari Ella,” karena dari Ella yang super sombong itu, aku tidak mengangkatnya. Aku takut, kejadian seminggu yang lalu akan terulang lagi. Ella mengirimkanku sebuah virus. Sehingga aku harus membeli Hp baru. Nasibb ….
            “Alicia!!!!” panggil kakakku. Aku segera turun ke bawah.
            “Kenapa kak?” Tanya ku polos.
            “Adik, Lis, Adik ….” Kata kak Emma panik. Ada apa dengan adikku, Mia.
            “Kenapa kak?” tanyaku mulai panik.  Kak Emma mulai menceritakan semuanya. Setelah aku tahu semuanya. Aku meneteskan air mata. Aku segera mengambil ember dan menaruhnya tepat di kakiku. Fungsi ember itu untuk menampung air mataku. Aku juga bersiap mengambil se-pak tissue.  Lalu, menangis menjerit. Sebelumnya, aku sempat berbisik sendiri, “Inna lilahi Wa Inna Ilaihi rajiuun.” Adikku kecelakaan saat ingin pulang ke rumah. Ia tertabrak mobil, saat hendak membeli mainan di depan sekolahnya. Sungguh Tragis.
            Seminggu setelah kejadian. Ibu sangat stress. Nicky (nama adikku) adalah anak yang paling ibu sayang. Ayah hanya bisa menyabarkan ibu. Sedangkan aku dan kak Emma hanya pasrah. Suatu hari, ayah berjanji akan mengajak sekeluarga mengunjungi  makam Nicky. Sebetulnya aku sangat sedih. Namun, aku pendam rasa sedih itu. Dapada aku stress.  
            Hari yang dinanti tiba, aku segera mengambil kerudung hitamku dan mengambilkan 2 payung. Karena biasanya udara di luar panas.
            “Nicky….” Teriak ibu histeris. Kami hanya bisa pasrah. Untung aku masih mempunyai kenangan bersama Nicky, ia sempat memberiku sebuah foto dan 12 buku cerita yang ibu berikan kepada Nicky. Namun, Nicky tidak suka. Jadi, ia memberikannya kepadaku.
           
Thanx Ya!
Directed By : Annisa.
           


Bersahabat

Teng! Teng! Teng! Bel masuk berbunyi. Lapangan menjadi sepi. Anak-anak sudah siap belajar. Marcia dan Emily belum datang, Mrs. Laura tampak sangat marah. Marcia dan Emily sudah lebih dari tiga kali terlambat.
            “Grrrrh, bagaimana ini, Marcia dan Emily sudah tiga kali berturut-turut terlambat, mencoreng nama baik kelas 6A saja!” protes Mrs. Laura sambil menitikan nama Emily dan Marcia di buku absen.
            “Assalamu ‘alaikum, Misteres Laura!” tiba-tiba suara Marcia datang.
            “Wa ‘alaikum salam,” jawab Mrs. Laura sinis. “Berdiri di depan!”
            “Oh no! Miss, saya salah apa? Sehingga harus berdiri di depan?” Tanya Emily.
            “Terlambat sudah tiga kali! Apa tidak malu?” bentak Mrs. Laura. Mereka segera menuruti perintahh Mrs. Laura, karena takut Miss Laura marah besar.
           

Teeeeeeeet! Bel istirahat berbunyi.
            “Huft! Fyuuh, akhirnya. Capek juga ya,” kata Marcia sambil berjalan ke kantin.
            “Ya, Mrs. Laura begitu galak.” Celoteh Emily.
            “Owwuuuuh, kasihan ya, anak yang di hukum. Uhuhuhuhu…. Pasti tidak enak,” ejek Lucia. Dia adalah anak yang sombongnya selangiiiit, Uh, Ilfil deh! Kata Marcia dalam hati.
            “Iya ya,” sambung Katy
            “Eh, kalian tuh jangan seenaknya deh! Emang … kalian pikir, kalian siapa? Anak kepala sekolah kan? Direktur kah? Atau … OB? Hahahahaha ….” Kata Emily sambil melipat kedua tangannya.
            “Yup! Betul, atau, kalian mengejek kita mau dapat uang dari bos kalian anak kelas 8? Si Emma? Ouuuh, kasihan sekali lah, nih ada sedikit uang untuk kalian!” kata Marcia sambil memberi 5 koin kepada mereka berudua.
            Lucia dan Katy hanya diam. Mereka kelihatan seperti memelas.
            “Arrrrgh!” kata Lucia ketus sambil meninggalkan Marcia dan Emily.
            “Itulah, balasannya!” Marcia dan Emily ber-tos-an.
 Teng! Teng! Teng! Tak terasa sudah jam 12.00, mereka segera pulang ke rumah masing-masing.
            “Bye, Marcia!” kata Emily ketika sampai di depan rumahnya.
            “Bye juga, Emily!” kata Marcia. Marcia pun sampai ke rumahnya. Ia segera ganti baju, makan, dan tidur siang. Sorenya, ia berniat untuk bermain sepeda.
            “Ma, Marcia mau main sepeda dulu ya!” pamit Marcia.
            “Oke lah, but, jangan lama-lama ya!” pesan mama.
            “Baiklah, everything for you mom!” kata Marcia yang langsung mengeluarkan sepedanya dari garasi.
            Ketika di jalan, Marcia melihat dua orang dari kejauhan terjatuh, Marcia segera mempercepat goesannya. Sampai disana, ternyata dua orang itu adalah Katy dan Lucia.
            “Katy! Lucia! Ayo bangun,” kata Marcia seraya membantu Katy dan Lucia bangun. “Ckckckc …. Kalian kok bisa seperti ini? Lihatlah luka kalian, sangat parah. Kita harus menepi dulu di rumah Krystal!” ujar Marcia sambil menunjuk rumah besar berwarna hijau. Itu adalah rumah Krystal. Saudara jauh mereka bertiga.
            “Ti … ti …. Tidak usah! Kami tidak perlu bantuanmu! Terima kasih,” kata Lucia ketus sambil mencoba bangun sendiri. Namun Katy, menerima bantuan Marcia.
            “Ayolah Lucia, ia telah berbuat baik,” bujuk Katy.
            “Kau saja sana! Kau akan keluar dari geng Emma!” teriak Lucia.
            “Hhhh, abaikan saja Marcia. Aku akan mendukungmu, mari kita kerumah Krystal. Aku akan mengobati lukaku sendiri.” Ucap Katy.
            “Hmm … baik, jika itu keputusanmu untuk meninggalkan Emma dan Lucia. Dan itu untuk kebaikanmu, kita pergi sekarang.” Mereka berdua segera pergi ke rumah Krystal yang hanya beberapa langkah.
            “Krystal!” panggil Marcia. Lalu, Krystal membukakan pintu untuk mereka. Setengah jam berada di rumah Krystal itu membuat keadaan Katy menjadi lebih baik. Sekarang sudah jam 16.00, Marcia harus segera pulang. Ibunya akan mengomel jika Marcia telat.

Pagi hari, Marcia sudah siap. Ia akan berangkat ke sekolah bersama sahabatnya, Emily.
            “Emily!” panggil Marcia.
            “Marcia! Aku sudah siap,” kata Emily sambil menutup pintu rumahnya yangbesar itu. Mereka lalu berangkat dengan berjalan kaki. Mereka menyelusuri sawah-sawah di dekat rumah mereka. Ya … refreshing sedikit, boleh kan? Tak lama kemudian, mereka sampai di sekolah.
            Saat mereka duduk di bangku masing-masing, ada surat di meja mereka. Dengan perlahan, mereka mebuka surat itu.
            “Hmm … dari Lucia. Mungin, dia mau tobat!” seru Emily.
            “Hey! Jangan suuzon dahulu, memang sih, dia mau tobat mungkin. Maybe yes, maybe no.” kata Marcia.
            Setelah selesai membaca, mereka tersentak kaget. Mereka langsung bertatapan mata. Mata mereka berbinar-binar. Rasanya, mereka tidak tahan menahan haru yang di pendam.
            “I’am not understand, kenapa dia berubah drastis? Lebih dari 90 derajat?” kata Marcia.
            “Emm, Marcia, disini tertulis. Bahwa, dia sadar karena kejadian kemarin sore. Memang, kita kemarin sore bermain dengan mereka ya?” Tanya Emily kebingungan.
            “Nanti kujelaskan,” kata Marcia yang masih tidak percaya. Lalu, setelah itu. Marcia menceritakan kejadian yang sebenarnya.
            “Kamu hebat Marcia!” puji Emily
            Mereka berdua segera menghampiri Lucia yang sedang menangis tersedu-sedu. Mereka merasa kasiah dengan Lucia.
            “Sudah lah Lucia,” ujar Emily sambil merangkulnya.
            “Ti … dak, ada yang mau berteman denganku sekarang … Huaaaaaaaaaaa……” angisannya makin keras. Sehingga Emma, anak kelas 8, yang sedang bermain mendengar suara Lucia.
            “Heh, anak cengeng! Diam kau!” bentak Emma. Lalu, ia pergi. Lucia akhirnya mengecilkan suara tangisannya. Lama-lama berhenti.
            “Now we Best Friend. Jadi, kita ada empat anggota!” kata Emily.
            “Empat? Bukannya hanya bertiga?” Tanya Lucia yang sudah menghapus air matanya.
            “With … Katy!” seru Marcia.
            “Sepertinya, ada yang menyebut namaku nih,” kata Katy yang pura-pura tidak tahu.
            “Huuuuh, Hahahahaha ….” Tawa semuanya.
-Selesai-

           

Senin, 29 Oktober 2012

Jangan Pergi!

Tisha mempunyai sahabat yang bernama Valia. Valia adalah anak yang sangat baik, sama baiknya dengan Tisha. Tisha mempunyai kelainan fisik, yaitu dia buta. Tetapi, Valia tetap mau bersahabat dengannya. suatu hari, saat terjadi pertengkaram antara Tisha dan Valia. Tetapi, mereka akur lagi. Suatu saat, Valia ingin mendonorkan matanya kepada Tisha, karena ia sudah tidak tahan meihat kondisi sahabatnya yang tidak normal. Seminggu kemudian Tisha berkata kepada Valia, "Val, ada orang yang sangat baik hati, yang ingin mendonorkan matanya kepadaku, aku sangat tidak sabar, ingin melihat sahabatku." kata Tisha, "Iya Tis, aaku juga." kata Valia menahan tangis yang dalam. sebulan sudah sekarang mata Tisha sudah kembali. Ia pergi kerumah Valia. Saa itu ia kaget, ternyata, Valia buta! "Val, aku malas bersahabatan denganmu lagi! Kau buta!" Tisha meninggalkan rumah Valia. Sampai di rumah, ia mendapat informasi, bahwa Valia meninggal. Saat di rumah Valia. Ia membaca satu surat yang di tinggalkan di atas tubuhnya, isinya begini : "Tis, maafkan aku, aku harus pergi. Di sisi lain aku senang karena aku sudah bisa mendonorkan mataku kepadamu. Tetapi, penyakit kankerku sudah tidak bisa diobati, aku harus pergi daah... Dan jangan merasa kamu yang salah atas kepergianku ini." Tisha langsung menangis ia menyesal karena keegoisannya dengan sahabatnya sendiri. "Val, kita masih sahabat ya..."

---------------->THE END<-------------------

Kebaikan Hati Raisa dan kak Elza


"Huaaam... ah, sudah jam 05.00, aku harus shalt subuh dulu... setelah itu mandi," kata Raisa yang baru bangun dari tidurnya. Jam 05.30... "sudah selesai, aku mau makan dulu saja ahh..." kata Raisa. Raisa pun turun ke lantai bawah untuk segera makan dan minum susu agar tubuhnya tetap sehat.

"Ray, kamu minum susu dulu gih!" suruh kak Elza. Oh ya, kebetulan mama dan papa Raisa sedang pergi ke Paris, ada pekerjaan untuk mereka. Glek..glek... lima detik susu sudah habis..."Ahhh....enak." kata Raisa. "Oh ya, kak, kakak kok nggak kuliah?" tanya Raisa. "Iya, kenapa ya, kampus kakak libur terus. kakak juga bingung. Tapi, enak, jadi kakak nggak usah bangun pagi-pagi lagi.." kata kak Elza.
"Huh... masih lama di jemputnya, aku mau nonton TV dulu ya kak." kata Raisa. "Wah,,,, ada anak tidak bisa sekolah. Kasihan sekali, aku mau membantu ah.." kata Raisa. "Kamu kenapa sih dek? kok ngomong sendiri?" tanya kak Elza. "Hmmm... nanti ya pulang sekolah, makanya kakak harus jemput aku jam 15.00! Kalau mau tau!" kata Raisa. "Oke, nanti tunggu kakak ya..."
Jam 07.00...  jemputan Raisa sudah datang, saatnya berangkat sekolah... sepanjang perjalanan, Raisa melihat rumah-rumah gubuk yang sudah mau roboh, dan anak-anak jalanan. Wah,,, mereka kasihan sekali, jika tidak ada yang mau membantu, bagaimana ya nasib mereka? pikir Raisa. "Eh, Ran, lihat deh, anak yang sedang mengemis itu, kasihan sekali lho.." kata Raisa. "Itu mah, biasa, namanya juga anak jalanan." sombong Rani. "Grrhhh.... ishh..."  gerutu Raisa. Akhirnya sampai juga di sekolah.
Teng...Teng...Teng...
Pelajaran pertama, yaitu PPKN akan segera berlangsung. Saat miss Wilda datang ketua kelas, Virya, langsung mempersiapkan teman-temannya. "Stan Up Please..." Semua anak berdiri. "Give assalam!" perintah Virya. "Assalamualaikum' warahmatullahi wabarakatuh!" semua anak mengucapkan salam. Setelah itu, guru menjawab, "Wa' alaikum salam warah matullahi wabarakatuh,". "Sit down please..." semua anak pun duduk.
"Anak-anak, siapa yang nonton berita tadi pagi? tepatnya di TVindonesia?" tanya miss Wilda. "Em..saya miss!" kata Raisa mengacungkan tangan. "Iya, baik, kenapa ya, masih ada orang miskin? Hayoo..." lalu, Raisa menjawab, "Karena, itulah miss, pemerintah tidak peduli akan rakyatnya yang terlantar, tidak memiliki rumah, pakaian, makanan, dan uang. Apalagi, mereka tidak berpendidikan." kata Raisa. "Lebayy banget sih Sa, biarin aja kali mereka seperti itu, lagian, siapa suruh mereka miskin. Ya ga, Fit, Mau?" kata Rani, "Iya, benar sekali!" kata Fitri dan Maura.
"Shutt...diam! Rani, kita tidak boleh seperti itu! Mereka kan juga manusia. Nah, sekarang, miss minta kalian tuliskan tentang perasaaan kalian kepada mereka diluar sana." kata miss Wilda.
Semua pun selesai. Ada yang tidak setuju, ada yang membiarkan mereka  terlantar, yaitu mereka Rani, Fitri dan Maura.
Pulang sekolah...
Raisa di jemput oleh kak Elza. Lalu, mereka pergi ke sebuah tempat. "Lho, kamu mau beli martabak?" tanya kak Elza. "Sudah, kakak diam saja!" kata kak Elza. Saat di mobil... "Hm...kakak laper, bagi dong!" pinta kak Elza. "Eiiiiiits! Gak boleh!" kata Raisa.
"Huh! Pelit," kata kak Elza. "Ehhh....kak kelewatan! kita harus balik arah ke sana!" kata Raisa. "Emang kita mau kemana si Sa? Mau ke kolong jembatan apa!?" kata kak Elza. "Iya, yuk muter lagi!" kata Raisa.
"Ke kolong jembatan???" kata kak Elza bingung. "Ikuti saja!" Mereka pun sampai. di kolong jembatan, dilihatnya banyak anak yang sedang bercanda, tetapi pakaiannya lusuh, kotor, compang-camping, dan tidak teratur. "Lah? kita mau ngapain?" tanya kak Elza. "Aku, mau memberi makanan ini ke mereka. Mereka kan kasihan, dan aku ingin mengajarkan mereka." kata Raisa.
"Oooh... ya sudah, kakak  juga mau!" kata kak Elza. Mereka pun engajarkan anak-anak itu. Tak terasa air mata kak Elza dan Raisa menetes. "Hiks,,, kalian pintar ya," kata kak Elza menahan tangis. Akhirnya selesailah ceritanya di sini. Mereka sangat baik hati.
P3Z4N: Ambilah sifat dari Kak Elza dan Raisa. Dan buang jauh-jauh sifat Rani,  Fitri dan Maura yang sombong dan enggan membantu orang yang tidak mampu.



Misteri Hilangnya Buku Resep Fany!

Fany, suka sekali memasak. Ia selalu mencoba resep-resep yang ia punya. Ia punya sebuah buku resep yang kelihatannya sudah tua, kusam, ditambah lagi berdebu. Ia selalu meyimpannya di tempat rahasia. Tempat rahasianya adalah di laci kecil di kamarnya. Katanya sebentar lagi akan ada lomba memasak. Fany di daftarkan untuk mengikuti lomba memasak itu, karena hadiahnya sangat besar, yaitu mendapatkan jutaan uang dan buku resep. Tetapi, hal yang mengejutkan datang. Buku resep Fany HILANG!!! Mulai saat itu kepanikan datang dari diri Fany. Ibunya mengatakan, "Dimana terakhir kali kau taruh?". Fany hanya menjawab, "Di laci!" kata Fany yang sudah mulai putus asa. "Hemm... apakah mungkin ada temanmu yang datang?" tanya ibunya lagi. "Emm...iya, si Nanda dan Bintang!"  kata Fany. "Ceritakan kejadiannya!" perintah ibunya. "Ehm... ceritanya kemarin, Nanda dan Bintang datang ke rumah saat mamapergi ke Bandung. Aku di rumah bersama Bi Nur, tetapi, bibi sedang mencuci di atas. Aku, Nanda, dan Bintang bermain di bawah. Tiba-tiba, Bintang izin ke kamar mandi, aku menyuruhnya memakai kamar mandi bawah, tetapi, ia malah memakai kamar mandi atas. Jadi, aku tidak tahu, apakah Bintang yang mengambil atau bukan." kata Fani panjang lebar. "Ayo, kita cari tahu dulu." kata ibunya Fany. "Aku telepon Bintang ya." Fany pun menelon Bintang. "Halo." kata Fany.
Halo, Ada apa? Ini siapa? kata Bintang.
"Bintang, ini dengan Fany. O ya, kemarin, kamu ke kamarku tidak?"
"Ya, memangnya kenapa?" tanya Bintang.
"Kamu, bisa kerumahku sebentar?"
"Ya, ya sudah, sekarang aku kerumah mu ya. daah.."  Bintang pun sampai di rumah Fany.

Dirumah Fany...

"Kenapa, Fan?" tanya Bintang.
"Buku resepku hilang!"
"Apa?!"
"Ya, kemarin kan kau yang masuk kekamarku."
"Jadi? kau menuduhku?"
"Ya! Kau buktinya! Kau memasuki kamar ku tanpa izin!"
"Tetapi, kau tidak ingat? kan aku sudah meminta izin. Jadi, yang terakhir kali masuk adalah Nanda!"
"Hah? Nanda?"
"Ya, Nanda. Mari kita kerumahnya."

Dirumah Nanda...

"Nanda, Assalamu' alaikum." kata Mereka berdua. Tok! Tok! Tok! pintu sudah di ketuk 3 kali, tetapi, belum di buka, hingga ke lima kalinya, pintu di buka oleh seorang remaja tinggi.
"Eh, kalian! Ada apa?" tanya wanita itu.
"Kak Fira, ada Nanda nya nggak?" tanya Bintang.
"Ada, masuk aja!" Pintu dibuka lebar-lebar, lalu di tutup rapat-rapat. Mereka segera masuk ke kamar Nanda. Saat di buka pintunya... "Aaaaaa.....Nandaaa!" teriak Fany.
"Ah? Ehm, eh,... kalian ngapain disini?!"
"Itu kan buku aku!" kata Fany.
"Apa? Ini bukan buku kamu! Ini bukuku!" kata Nanda.
"Eh... ada apa sih?" tanya kak Fira.
"Ini nih, kak, masa dia bilang ini buku milik dia! Padahal ini milik aku ya kan, kak?" kata Nanda.
"Kata kamu ini dikasih dari Fany."
"Eh, apa iya kak? aku kan nggak ngasih dia." kata Fany.
"Uhhh.... " Akhirnya buku itu di kembalikan kepada pemiliknya.

Terpecahkanlah misteri hilangnya buku resep fany, dan akhirnya, Fany memenangkan lomba memasak.

Nelson Mandela,

Nelson Mandela adalah tokoh antirasialisis (apartheid) dari Afrika Selatan. Nelson Mandela aktif dalam gerakan antirasialisis sejak tahun 1950. Pada tahun 1962, karena tindakannya, Nelson Mandela dipenjarakan oleh penguasa kulit putih Afrika Selatan Pada tahun 1980, Nelson Mandela di jadikan simbol perjuangan demokrasi. Pada tahun 1990 Nelson Mandela di bebaskan dan memimpin kongres Nasional  Afrika ( The Afrika National Congres). Pada tahun 1994, Kongres Nasional Afrika berhasil menangkan pemilu di Afrika Selatan. Nelson Mandela pun terpilih dan di lantik menjadi presiden Afrika Selatan.

Prancis.


Prancis merupakan negara terbesar di eropa Barat. Negara Prancis, berbatasan dengan selat Inggris di Utara; Jerman, Swiss, dan Italia. di timur; Monako, Laut tengah, Spanyol, Andora. Di Selatan; Samudra Atlantik. Di barat. Luas negara Prancis 543.965 km persegi. Yang terkenal dari Prancis adalah; Menara Eiffel